<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6281400407918259248\x26blogName\x3dPERTANIANKU\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://pertanian-tasurun.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://pertanian-tasurun.blogspot.com/\x26vt\x3d-6147979523044435142', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>
PERTANIANKU UNTUK NEGERIKU

loading...
Mengubah Asap Menjadi Pestisida Organik
Asap hasil pembakaran batu bata menjadi salah satu sumber polusi udara. Asap ini bisa membuat orang sesak napas. Baunya juga bertahan sampai beberapa hari, baik di baju maupun badan, Namun, di sisi lain, asap tersebut ternyata bisa bermanfaat sebagai pestisida dan pengawet organik.

Muhammad Khairul Ihwan termasuk orang yang risau dengan bahaya asap yang mengancam kesehatan warga di kampungnya, Dusun Dalam Desa, Desa Pringgajurang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
 
Pasalnya, di dusun itu ada lebih dari 150 unit gudang tempat pembakaran batu bata dengan frekuensi pembakaran tiga kali sebulan. Mereka menggunakan sekam padi sebagai bahan baku pembakaran. Total keperluan sekam untuk sekali proses pembakaran 3,5 ton, dengan menyisakan abu sekitar 2,800 kilogram.
 
Dari abu ditambah jumlah unit pembakaran itu, potensi asap di dusun tersebut menjadi begitu besar. Jika gudang pembakaran ini difungsikan dalam waktu bersamaan, “Suasana di kampung kami seperti sedang terjadi kebakaran hutan,” kata Iwan, sapaan Khairul Ihwan.
 
Asap tak terkendali. Maka, di sore hari sekalipun, pandangan penjalan kaki dan pengendara sepeda motor di jalanan menjadi terbatas. Lebih repot lagi di malam hari, kepulan asap masuk ke dalam rumah penduduk, membuat ruangan kian gelap, pekat, dan penghuni pun terbatuk-batuk, sulit bisa tidur nyenyak.
 
Di lain pihak. Penghasilan para pekerja di industri batu bata itu tak sesuai dengan energi yang terpakai. Dari mencetak hingga proses pembakaran 1.000 buah batu bata, diperlukan waktu tiga hari. Para pekerja biasanya suami-istri hanya mendapat upah Rp. 35.000 per tiga hari kerja itu.
 
Mereka juga harus mengangkut batu bata mentah ke tempat pembakaran berupa gubuk, beratap ilalang, tanpa dinding yang berjarak 700 meter dari lokasi pencetakan. Di tempat ini, batu bata menjadi matang dalam tempo 6-7 hari.
 
Biasanya para pekerja dibayar di muka oleh pemilik tanah sekaligus si empunya tempat pembakaran. Jika dalam waktu yang ditentukan target produksi batu bata belum tercapai, para pekerja minta panjar lagi. Sebab, uang mereka sudah habis untuk keperluan makan-minum setiap hari.

Gudang Uji Coba
Kondisi itu membuat Ihwan terpacu untuk membantu warga dusunya keluar dari lingkaran realitas hidup selama ini. Dia tahu, di Yogyakarta ada produk asap cair berbahan baku tempurung kelapa.
“Saya berpikir, di kampung saya produk sekam begitu banyak dan nyaris dibuang percuma. Kenapa sekam itu tidak saya coba untuk dimanfaatkan,” cerita Iwan.
 
Ia kemudian mendesain dan membangun gudang uji coba pemba-karan batu bata pada tanah milik seorang anggota kelompok Usaha Ekonomi Produktif di desanya. Gudang ini berukuran 2,5m x 1,7m dengan tinggi 2,5m, berkapasitas 2.000 buah batu bata.
 
Gudang yang salah satu sisinya terbuka atau mirip garasi itu ber-dinding permanen, beratap daun kelapa yang melapis terpal plastik di bawahnya guna menahan asap keluar lewat sela-sela daun kelapa itu.
 
Untuk membangun gudang uji coba tersebut, Ihwan menyisihkan gajinya sebagai guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Selong, ibu kota Lombok Timur. Total biaya pembangunan gudang termasuk pembelian instalasi proses mendapatkan asap cair menghabiskan biaya sekitar Rp. 5,5 juta.
 
Asap pembakaran batu bata dialirkan melalui pipa kondensi berbentuk spiral sepanjang 12 meter berisi air agar fase asap yang ber-bentuk gas akan mencair. Asap cair yang dihasilkan masih pekat dan mengandung banyak ter. Asap cair itu kemudian dimurnikan memakai alat lain berupa bejana tertutup, dengan cara dimasak selama tiga jam dalam suhu 100 – 150 derajat Celsius. Dari proses ini dihasilkan asap cair yang bening.
 
Bejana itu berkapasitas 30 liter. Dengan sekam 800 kg untuk pem-bakaran 2.000 batu bata, dihasilkan 60 liter asap cair pekat. Lalu, setelah melalui proses penyulingan dalam bejana tertutup, diperoleh 24 liter asap cair bening yang berguna untuk pestisida organik, seperti untuk mengusir hama tanaman dan mencegah gigitan nyamuk pada ternak.
 
“Penduduk menggunakan asap cair bening untuk mengobatai bekas gigitan nyamuk pada ternak sapi. Kita juga bisa memakainya, asalkan tahan dengan baunya,” tutur Iwan.
Adapun sisa asap cair yang masih berwarna hitam pekat sebanyak sekitar 5 liter digunakan, antara lain, untuk mengawetkan kayu. Caranya, kayu direndam dalam air asap cair pekat atau dioleskan dengan kuas pada kayu agar kayu tidak dimakan rayap.
 
Dari telusur pustaka diketahui, asap cair mengandung fenolat, sen-yawa asam dan karbonil yang berguna untuk mengawetkan makanan. “Komponen asap khususnya berfungsi memberi cita rasa dan warna yang diinginkan pada produk asapan karena berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan,” kata Iwan.

Menjadi Rebutan
Asap cair hasil kreasi Ihwan menjadi rebutan warga setempat, terutama para petani dan peternak. Mereka memerlukan sebagai alat untuk melakukan pekerjaan alternatif selain membuat batu bata, yakni untuk mengusir hama yang mengganggu tanaman padi.
 
Bahkan, setelah merasakan hasil proses asap cair itu, seorang pengusaha di desanya menyediakan lahan untuk membangun gudang lebih besar, yang bisa menampung pembakaran batu bata dalam jumlah lebih besar, sekitar 10.000 buah. Apalagi asap cair itu bisa dijual, selain juga lebih efisien dari segi biaya dan waktu proses pembakaran. Kalau pembakaran secara tradisional memerlukan waktu 6-7 hari, dengan alat temuan Ihwan bisa dipersingkat menjadi 3-4 hari.
 
Ihwan merasa senang karena apa yang dia lakukan ternyata bermanfaat bagi orang banyak. Selain secara ekonomis lebih menguntungkan, dia juga bahagia karena pengolahan batu bata hasil perconbaannya juga relatif mengurangi resiko gangguan penyakit saluran pernapasan, terutama pada para pekerja dan warga yang melakukan kontak langsung dengan kegiatan pembakaran batu bata itu.
 
Lebih dari itu, Ihwan juga mampu menjawab keraguan dosen pembimbingnya di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tempat ia menyelesaikan program magisternya.
 
“Asap cair dari sekam padi ini saya pakai untuk bahan penelitian dan disertasi. Awalnya, obyek penelitian dan judul disertasi saya dianggap lucu. Namun, saya yakin apa yang saya lakukan akan mencapai sesuai target,” ucap anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ahmad dan Rusmiati ini.
 
Ia juga mengikutsertakan hasil penelitiannya itu dalam Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi NTB. Hasilnya ? Ihwan diberi anugerah TTG kategori Pengembang, berikut hadiah uang Rp. 7 juta, yang diserahkan Gubernur Zainul Majdi seusai apel Hari Ulang Tahun Ke-50 NTB, 17 Desember 2008 lalu.

- Tomat, Harapan Sentra Agribisnis Palangka Raya
- Pembasmi Hama dengan Fornula EKD
- Pupuk Organik Cair dari Urine Manusi
- Sudarno Pencipta Tongnopos dan Cairan MBS
- Teknologi Pemupukan
- Membuat Peternakan Cacing Sendiri
- Pembuatan Pelet Ikan dari Cacing Tanah
- Ekstrak Tanaman Untuk Atasi Hama
- Enceng Gondok untuk Bahan Bakar Biogas
- Manfaat Tanaman Azolla
- Tanaman Azolla Pengganti Pupuk Urea
- Mengubah Asap Menjadi Pestisida Organik
- Cacing tanah menyuburkan tanah
- Pembuatan Kompos dengan Cacing Tanah
- Limbah Peternakan untuk budidaya Cacing Tanah
- Pembuatan Kompos dengan Cacing Tanah
- Cacing tanah menyuburkan tanah
- Mengubah Asap Menjadi Pestisida Organik
- Tanaman Azolla Pengganti Pupuk Urea
- Manfaat Tanaman Azolla
- Enceng Gondok untuk Bahan Bakar Biogas
- Ekstrak Tanaman Untuk Atasi Hama
- Pembuatan Pelet Ikan dari Cacing Tanah
- Membuat Peternakan Cacing Sendiri
- Teknologi Pemupukan
- Sudarno Pencipta Tongnopos dan Cairan MBS
- Pupuk Organik Cair dari Urine Manusi
- Pembasmi Hama dengan Fornula EKD
- Tomat, Harapan Sentra Agribisnis Palangka Raya
VVV BBB